Kasti - 1 : Bangun Pemuda Muslim, Bangun Peradaban Islam

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamatdan yang banyak mengingat Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)


Sebagaimana ayat di atas, bahwasannya Rasulullah adalah guru sepanjang zaman bagi ummat akhir zaman. Terdapat akhlak dan kepribadian dalam diri beliau yang patut kita jadikan suri teladan dalam kehidupan sehari-hari. Suri teladan lebih sulit daripada mauidzotul hasanah, karena suri teladan tak sebatas nasihat yang berupa pesan dari mulut satu individu yang didengarkan oleh individu lainnya, akan tetapi juga pengasahan akhlak dan perilaku hingga bisa memberi contoh bagi sesama tanpa sedikitpun menggurui. 


Amat kerap kita dengar kata “Pendidikan Karakter”, apa makna yang tersirat dari “Pendidikan Karakter”?, apakah ada hubungannya dengannya suri teladan dan perkembangan islam?. Pendidikan karakter merupakan cara bagaimana mengimplementasikan akhlak al-qur’an dan kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an telah memaparkan tiga unsur manusia (jiwa, akal, qulub), dan al-qur’an telah memberikan pendidikan terbaik untuk ketiga unsur tersebut.


Berikut adalah macam-macam istilah pendidikan dalam islam yang sama-sama bertujuan mengembangkan potensi setiap individu :
1. Tarbiyah : Pengembangan kualitas individu dalam hal moral
2. Ta’lim : Pengembangan kualitas individu dalam bidang intelektual
3. Tahdzib :Pengembangan kualitas individu dalam hal emosional
4. Tadrib : Pengembangan kualitas individu dalam hal skill 

Pendidikan karakter bisa didapat dari lingkungan sekolah, pergaulan, namun yang paling mengena yakni dari lingkungan keluarga. Yang mana peran orangtua sangat berperan sebagai pendidik si buah hati bahkan sejak masih dalam kandungan, yang mana telah dijelaskan dalam QS. An-Nisa:9 (tentang keturunan yang berkualitas). Kendati demikian, pendidikan karakter dalam sekolah juga tak kalah pentingnya demi perkembangan budi pekerti si anak. Namun yang disayangkan, era belakangan ini pendidikan karakter tampak sekedar wacana yang kerap dibicarakan dan direncanakan oleh beragam lembaga pendidikan, namun realisasinya belum seberapa. Buktinya masih saja terdapat tawuran antar pelajar, masih banyak murid yang tak punya sopan santun terhadap gurunya, masih banyak kerusakan moral yang banyak melibatkan remaja dan anak-anak, pergaulan bebas, masih suka melestarikan budaya contek-mencontek dalam ujian, dan lain sebagainya. 


Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa ketidaksuksesan kurikulum pendidikan di Indonesia disebabkan oleh pendidik yang kurang memberikan uswah hasanah. Seorang guru harus total dalam mengajar, baik mengajarkan materi pelajaran maupun dalam memberikan uswah/contoh yang baik. Karena orientasi profesi guru tak sekedar pada gaji, namun juga bagaimana ia ikhlas mengabdikan diri untuk turut serta dalam memperbaiki akhlak dan moral serta mencerdaskan anak bangsa.

Pendidikan akhlak/karakter tidak sekedar nasihat akan tetapi perlu adanya qudwah hasanah dan pembentukan lingkungan yang baik, sesungguhnya apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh seorang murid di lingkungan sekolahnya itulah yang namanya pendidikan.



Berikut kutipan dari KH. Imam Zarkasyi (salah satu Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor)

الطريقة أهمّ من المادة, والمدرس أهمّ من الطريقة, وروح المدرس أهمّ من نفس المدرس
“Metode (pembelajarn) lebih penting daripada materi, guru lebih penting dibandingkan metode, dan ruh guru lebih penting dari guru itu sendiri”.

oleh : Tim Kajian Ke Ilmuan

Comments

Popular posts from this blog

APA SIH, LDK? KENAPA HARUS LDK?

Surat Keputusan Pengurus LDK At-Tarbiyah 2018

[DAILY TAUJIH] Ketika Cinta Berbuah Surga