Posts

Showing posts from February, 2013

Perempuan

(Catatan khusus untuk Laki-laki)   Dialah yg diambil dari tulang rusuk. Jika Tuhan mempersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka itu akan jadi satu kesatuan yg saling melengkapi. Dialah penolongmu yang sepadan, bukan sparing partner yang sepadan. Ketika “pertandingan” dimulai, dia tidak akan berhadapan denganmu untuk melawanmu, tetapi dia akan berada di barisanmu untuk berjaga-jaga di belakang saat engkau berada di depan atau segera mengembalikan bola ketika bola itu terlewatkan olehmu, dialah yang akan menutupi kekuranganmu. Dia ada untuk melengkapi yang tak ada dalam diri laki-laki: perasaan, emosi, kelemah-lembutan,keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk bisa melahirkan, mengurusi hal-hal sepele...hingga ketika laki-laki tidak mengerti hal-hal itu, dialah yg kan menyelesaikan bagiannya sehingga tanpa kau sadari ketika kau menjalankan sisa hidupmu... kau menjadi lebih kuat karena kehadirannya disisimu. Jika ada makhluk lain yang sangat bertolak belakang, kont

Cinta dan Terima Kasih

     Buku bersampul biru lux itu cukup menarik perhatian saya ketika saya menjadi penjaga toko buku “Republika” di expo bazar buku terbesar di Unibraw Malang, beberapa bulan yang lalu. Tidak sengaja awalnya. Hari Sabtu adalah hari libur kuliah dan mengajar. Dan hari itu, saya diminta oleh seorang sahabat saya untuk menemaninya untuk menjaga toko buku disana. Buku dengan cover warna biru yang menentramkan itu saya ambil. Lalu saya buka. Saya baca sekilas. Lembar demi lembar saya buka. Perhatian saya lebih tertuju pada gambar-gambar yang dicetak dengan cetakan kualitas tinggi sehingga membuat mata saya tidak bosan untuk mengamati satu demi satu gambar-gambar tersebut. Mata saya tertegun. Hati saya terdiam. Dua gambar yang ada di hadapan sayalah yang menjadi penyebabnya. Gambar itu begitu indah. Menawan. Konfigurasi gambar kristal putih yang tercetak pada lembaran halaman buku tersebut menyajikan suatu bentuk yang eksotis. Mau tahukah teman, gambar apa itu? Kedua gambar itu adalah gam

Yang Sempurna yang Terpilih

     Masih ingatkah di zaman dulu ketika mengaji di kampung? Pak Ustadz akan mengizinkan para santri pulang ke rumah setelah kita menghapal salah satu surah pendek yang sudah ditentukan satu hari sebelumnya. Siapa yang sudah menghapal dipersilahkan maju untuk diuji. Lancar dan bagus bacaannya, boleh pulang. Jika terbata-bata, silahkan duduk dan pelajari lagi sambil menunggu giliran berikutnya. Bagi yg tidak/belum hapal, harap pasrah pulang paling akhir plus dengan sedikit ‘omelan’ dari Pak Ustadz. Setiap kali seorang santri tengah diuji hapalannya, santri yang lain komat-kamit menghapal, sementara santri yang lainnya memperhatikan bacaan santri yg sedang diuji sambil berdebar-debar menunggu giliran. Santri yang sudah teruji dengan baik, tidak jarang menjadi contoh dan dipuji Pak Ustadz. Bangga, tentu saja lantaran hari itu ia menjadi yang pertama mampu melewati ujian. Seorang teman satu sepengajian pernah mengisahkan kegembiraannya setelah terpilih mewakili pengajian kami untuk iku

Keinginan

Menurut Schopenhauer, seorang filsuf asal Jerman, keinginan adalah sumber penderitaan manusia. Sebab keinginan manusia tidak terbatas. Seseorang boleh memiliki keinginan apa saja; ingin punya mobil, istri cantik, suami yang tampan, jabatan tinggi, pendek kata apapun bisa kita inginkan. Akan tetapi, tidak semua keinginan itu bisa terpenuhi. Dari sanalah penderitaan berawal. Pendapat tersebut ada benarnya, walau tidak benar seratus persen benar. Tidak jarang kita memang dibikin susah oleh keinginan-keinginan kita sendiri. Lantas, apakah kita tidak usah punya keinginan saja? Tidak! Tanpa keinginan kita juga akan seperti layangan putus, terombang-ambing ditiup oleh si angin. Bayangkan kalau kita bepergian tanpa tujuan; kita akan luntang-luntung tidak tentu arah, dan akan kehilangan daya juang pula dalam menghadapi tantangan. Hidup tanpa keinginan juga seperti itu; tidak punya visi, tidak ada motivasi. Kita akan bingung, terutama bila berhadapan dengan rupa-rupa pilihan dan tawaran.

Ramadhan Bulan Perbaikan

           Kita tahu bahwa Puasa merupakan Trining, sebagai Trinernya adalah Allah Azza Wa Jalla langsung kepada kita, sebagaimana dalam Hadist, “ Al-Shoumu Lii wa Ana Ajzii Bihii” , Puasa itu untuk-ku dan Aku yang akan membalasnnya. Oleh karena itu dengan adanya bulan Ramadhan kita mendapat training spesial dari Allah dengan harapan setelah berakhirnya Ramadhan kita bisa kembali kepada fitrah alias suci karena telah mengalami perbaikan selama satu bulan penuh. Bulan Ramadhan di katakan bulan perbaikan karena di dalamnya terdapat berbagai kelebihan dan bonus bagi orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan serta beribadah kepada Allah SWT dengan penuh keiklasan dan kesabaran. Diantaranya adalah dilipat-gandakannya pahala dan juga adanya malam Lailatur Qadar yang merupakan  malam yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan (QS. Al-Baqarah, 185). Dari ayat ini jelas kelihatan b

Guru SD-ku

      "Jabatan" yang mulia itu memang sangat kontras dengan “kekurangan” pd hidupnya. Kemuliaannya itu menjadikan beliau tidak pernah layak disebut orang yang kekurangan. Meski beliau gajinya pas-pasan, tetapi status sosialnya sebagai guru yang digugu & ditiru menyebabkan mereka selalu punya aji, harga diri yang lebih dari yang lain.       Dan memang agaknya, masyarakat tidak menggolongkan beliau ini sebagai orang yang miskin. Padahal kalau itung-itungan besarnya pendapatan, jelas gaji beliau ini di bawah UMP. Ini kenyataan yang harus kita terima tentang para guru, khususnya guru SD kita yang honorer, bukan Guru Besar lho! Masyarakat hanya mengenal guru tanpa pangkat/golongan kepegawaiannya. Guru, ya Guru. Titik! Tabu kita menyebutnya sebagai honorer, meski beliau benar-benar honorer.       Demikianlah, orang yang mulia. Yang mensyukuri segala karunia-Nya. Yang menurut saya kadang “terpojok” oleh kemuliaan itu sendiri. Tetapi tidak ada istilah terpojok bagi beliau. Bel

Kita Ibarat Air

    Kita ini tak ubahnya ibarat air. Dia mengalir dengan lincahnya. Tapi, jangan coba-coba untuk diam, karena akan menggenang sehingga bisa memunculkan bau tak sedap dan mengundang berbagai macam penyakit. Begitulah kita, apalagi yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim. Kita dituntut untuk senantiasa bergerak. Tentu saja bergerak di sini bukan hanya mengejar obsesi diri sendiri semata.      Untuk itulah, keberadaan kita ini sesungguhnya dialam dunia adalah sejauh mana kita bisa berbuat bagi orang lain, karena inilah rahasia pribadi unggul manusia bahwa, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Pertanyaannya, apakah kita lebih sering memberikan manfaat bagi orang lain, atau sebaliknya, tukang pembuat masalah dan pemerkeruh suasana? Ingat bahwa air bisa memberikan kesejukan, tapi ia juga bisa memunculkan banjir bandang. Kemudian, kita juga bisa mengamati bahwa air itu selalu menuju ke tempat tertentu. Kita pun begitu, kehidupan kita harus mempunyai o

Didikan Orang Indonesia

      Dalam tulisan ini, saya ingin bercerita tentang pengalaman teman saya yang seorang dosen di salah satu PTS di kota Malang. Beliau pernah berkunjung ke Amerika, Jepang dan Israel. Di sana, teman saya mengamati tingkah laku dan karakter orang luar negeri.        Misalnya; ada anak kecil yang berusia kurang dari dua tahun terjatuh. Kita bisa melihat respon ibunya yang berbeda. Jika orang Jepang melihat anaknya jatuh, si anak tadi langsung disuruh oleh ibunya bangun secepatnya, “Cepat bangun! Anak Jepang tidak boleh cengeng.” Sejak kecil, anak-anak orang Jepang sudah dilatih memiliki jiwa Samurai. Tidak heran jika negara Jepang menjadi negara yang maju dan pemberani.       Bagaimana dengan orang Israel, jika mengetahui anaknya terjatuh? Didikan orang Israel ini lebih keras lagi. Kalau orang Jepang menyuruh anaknya segera bangun, orang Israel justru menyuruh anaknya untuk mengulangi jatuhnya lagi tanpa belas kasihan. Bukannya menolong justru menyuruh anaknya untuk jatuh lagi. Jika

Cinta Abadi

Terukirlah dalam pepatah Persia (Mirza Maulana, 2006) sebuah rangkaian kata-kata mutiara, “Cinta adalah penyakit yang tak seorang pun ingin bebas darinya. Mereka yang tertular tidak ingin sembuh, dan mereka yang menderita tidak ingin diobati.” Cinta adalah satu-satunya tema laksana sumber mata air yang tidak pernah kering. Ia selalu memberi warna tersendiri dalam lingkup kehidupan manusia di jagat raya ini. Ratusan, ribuan bahkan jutaan kisah, cerita, dongeng atau buku-buku bertumpu pada kreasi cinta. Percintaan selalu dibumbuhi konflik dan intrik-intrik. Al-kisah, Hakim Nizhami pernah menulis sebuah kisah percintaan yang romantis dan sekaligus dramatis tentang petualangan sepasang kekasih yang mempertahankan cintanya yaitu Layla dan Qais. Kedua sejoli dulunya terkenal sebagai sepasang kekasih yang dimabuk cinta. Begitu kuatnya cinta pada keduanya hingga orang-orang sekitarnya menjuluki Qais sebagai si ‘ Majnun’ (orang yang tergila-gila akan cinta). Namun sayang, kisah kedua

Debu

Debu yang menempel di keningmu Biarkan, jangan kau usap Jika usai rakaat yang terakhir Teruskan berdzikir Disuruh oleh Allah butir-butir debu itu Agar menyerap kotoran dari gumpalan otakmu Jika telah penuh muatannya Akan tanggal dengan sendirinya Nanti pikiranmu mengkaca benggala Beningnya tak terbilang kata Cahaya Allah menembusnya Memantul dirimu ke wajah buram dunia Kalau engkau bersujud hingga rakaat tak terhingga Wajahmu sirna, menjelma cahaya Kepada malaikat, alam dan manusia Tak bisa kau sodorkan apapun kecuali cahaya Cahaya hanya Satu Namanya Satu Kau dengar Allah menyapa, Muhammad menyapa Dari dalam diri, yang bukan lagi pribadi  By. Ahmad Al-Kayyis

Hari Al-Quds Sedunia (21 Agustus)

       Palestina, Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa berada pada kedudukan dan tempat yang terhormat di hati kaum muslimin seluruh dunia. Islam telah menempatkan dan me-nambah kemuliaan bagi Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa melalui ungkapan ayat-ayat Al-Qur'an yang menyebutkannya sebagai negeri penuh berkah dan suci. Kemuliaan dan pernghormatan pun semakin bertambah dengan Isra Rasul saw, dimana beliau menjadi imam shalat bagi para nabi dan rasul di Masjid Al-Aqsa. Hal ini menegaskan bahwa Islam adalah kalimat Allah terakhir bagi manusia  sekaligus menunjukkan bahwa sibghah (warna) terakhir bagi Al-Aqsa di dalam syari'at Allah adalah sibghah Islam hingga hari kiamat, maka jelaslah bahwa Al-Aqsa menjadi milik umat ini. Semua itu diabaikan dalam puncak kefasihan firman-Nya: "Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya di malam hari dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya…".         Dan saat ini, Al-Quds dan Palestina yg diberkahi itu me

Selamat Datang Mahasiswa Baru

      Ahlan wa Sahlan di Kampus Hijau!!       Ahlan wa Sahlan di kampus hijau muda Universitas Islam Negeri Malang. Sebuah kampus yang sarat dengan nilai-nilai religiusitas, sebuah kampus yang akan terus mengembangkan ilmu sains & ilmu agama menuju kemanfaatan bagi masyarakat pada umumnya.       Dari sekian puluh juta pemuda Indonesia, tidak ada angka 4 % nya yang bisa mengenyam bangku pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.        Menjadi mahasiswa adalah impian setiap orang yang ingin berada dalam barisan depan sebuah perbaikan bangsa. Maka dari itu, kamu adalah generasi yang beruntung mendapatkan sebuah kesempatan emas yang tidak bisa didapatkan oleh semua orang. Trus, mesti ngapain setelah bisa kuliah? What next??...      1. Rumuskan Tujuan Awal Banyak orang yang terkadang melangkah tanpa tujuan, hal ini sederhana, tapi vital. Bayangkan, bagaimana dia akan men-capai impiannya sedangkan dia sendiri nggak punya tujuan? So, luruskan dulu niatmu sebelum melangkah lebih ja

Melaut Dosaku

Buih ombak di lautan menyatu dalam riak maju dan terus maju terbawa buritan membentur karang, hancur tak utuh lagi Semisal itu imanku tak seteguh karang nan menantang diombang ambing ombak dan riak hingga melaut dosaku Dosa kecil kuanggap biasa sebagai manusia tempat berbuat taubat yang besar sering kutunda menunggu waktu bila saatnya tiba hingga melaut dosaku Jika sang karib memberi nasehat pikirku, tak pantas ia berkhutbah garam asam telah banyak ku makan hingga melaut dosaku Ilahi, jika pada hamba selaut dosa hanya Rahman-Rahim-Mu pelebur segalanya Tunjukkan hamba-mu pada kebenaran hakiki tuntun pada jalan bahagia, nan abadi…. By. Ahmad Al-Kayyis

Jangan Main-Main Dengan Tuhan!

      Bencana yang melanda bangsa Indonesia akhir-akhir ini tak ubahnya dengan fenomena Piala Dunia, sulit diprediksi. Ketika para maniak bola memprediksikan kemenangan Brazil atas Prancis, ternyata meleset. Begitu pula saat Jerman menjamu Italia, lagi-lagi kemenangan diluar perkiraan. Semua terjadi tanpa diduga.        Seperti itulah rentetan bencana yang melanda bangsa kita. Ketika Tsunami melanda tanah Rencong, masyarakat dekat pantai di Aceh, utamanya pantai selatan dilanda kekhawatiran mendalam. Sebab titik gempa Tasunami berada dilepas pantai. Namun, ketakutan itu tidak mampu menghalang Kuasa Allah untuk menunjukkan kehendak-Nya yang Absolut. Bencana berikutnya justru terjadi di daerah pegunungan. Banjir dan longsor menerjang beberapa dataran tinggi, seperti Jember dan Situbondo yang disebabkan oleh penebangan dan pembalakan liar (illegal logging).       Episode berikutnya, bencana masih terus bermain di daerah pegunugan, yaitu di wilayah Trenggalek yang tidak ada keterkaitan

Inilah Hidup

      Aku mengagumi seorang lelaki sejak aku masih duduk dibangku sekolah dasar, kepribadian & akhlaknya yang membuat hatiku tersentuh hingga aku beranjak jenjang berikutnya  dan ternyata baru aku ketahui dia masih ada hubungan famili denganku. Saya bersahabat dengan dia, semenjak itu kumerasa, aku adalah orang yang paling bahagia didunia, mempunyai seorang sahabat yang selalu ngertiin aku, dan saling berbagi baik suka maupun duka.       Hari demi hari aku lalui tanpa arah dan kesedihan yang serasa tak sanggup aku lalui, tapi aku masih ingat akan satu hal yaitu ayah ibu yg  slalu menyayangiku, memberikanku pengarahan, inilah yang aku inginkan didunia yang fana ini, yaitu membahagiakan ayah & ibu sebelum aku menutup mata untuk selamanya.       Hingga suatu saat, aku bertemu lagi dg seseorang yang memiliki kepribadian sama dengan sahabatku tadi, walaupun perkenalan itu tanpa disangka-sangka, entah kenapa aku merasa menemukan temanku -yang dulu- kembali. Walaupun aku selalu ber

Sedih

Rasa sedih membuat kita memfokuskan diri pada kesedihan itu. Inginnya hanya duduk-duduk sendiri sambil melamun dan menyesali apa yang telah terjadi. Kalau itu dituruti, hal ini bisa berkepanjangan. Hidup kita terasa makin suram dan tidak ada lagi syukur kita kepada Allah. Cara mengatasinya: -     Curhat . Kesedihan itu jangan disimpan sendiri. Carilah orang yang bisa diajak berbagi dan bisa menaruh empati pada penderitaan kita. Katakan apa yang ada di hati. Bersama orang yang mengerti kita, kita bisa merasa lebih baik. -     Lakukan aktivitas lainnya . Jangan habiskan waktu hanya untuk melamun. Lakukan aktivitas yang selama ini ingin kita selesaikan. Konsentrasi kita akan beralih ke aktivitas itu. -     Luaskan pandangan . Jangan melihat kesedihan kita saja. Lihatlah juga kesedihan yang dialami oleh orang lain. Mungkin, mereka lebih berat cobaan-nya dari penderitaan kita. -     Merenungkan hikmahnya . Kalau hati kita sudah baikan, cobalah mencari hikmah dari kesedihan yan

Terlena Dengan Kemasan

      Setiap orang mempunyai tugas masing-masing. Sampai-sampai, kita larut dalam kesibukan tersebut. Dalam keadaan seperti itu, kita berharap kesibukan yang kita lakukan tidak menyebabkan kita terlena dan lupa akan hakikat kesibukan itu sendiri yaitu bernilai ibadah. Di dalam menjalankan kegiatan itu, kita tidak harus tahu akan ilmu dan syari'atnya, tapi kita harus sadar dan diniatkan untuk ibadah.        Kesibukan dan seabrek kegiatan tidak boleh membuat kita terlena hanya karna memperhatikan pada kulit luar ataupun aspek seremonial dari kegiatan itu saja. Seperti, kita mengadakan sebuah kegiatan yang luar biasa. Semua yang kita lihat adalah bentuk-bentuk luar dan kemasan, yang ditampilkan dihadapan manusia. Namun dibalik semuanya itu ada sebuah substansi yang hanya di ketahui Allah yaitu niat kita dalam kegiatan itu. Apa hanya untuk pamer, berbangga diri, me-rasa paling hebat dan paling bisa, dll.        Allah azza wa jalla tidak melihat hal-hal yang bersifat fisik saja, teta

Berani Menerima Tantangan Ini??

     Mahasiswa dikenal dengan sebutan agent of change, yaitu sebagai generasi perubah. Mahasiswa adalah harapan dari masyarakat, karena setelah mereka mendapat gelar kelulusan dari program studinya, mau tidak mau mereka pasti terjun ke masyarakat. Sebagai agent of change, mereka harus melakukan perubahan. Namun tentu saja bukan sembarang perubahan. Tentu kita semua menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan seperti apakah yang harus dilakukan oleh agent of change? Yang pada hakikatnya masa depan bangsa ini ada di tangan mereka?      Banyak yang mengatakan Indonesia telah merdeka. Namun, benarkah? Secara fisik, benar jika kita mengatakan bahwa kita tidak dijajah. Tapi ternyata, dibalik “kemerdekaan” yang kita peroleh, kita sedang dijajah! Remaja Indonesia, khususnya yang muslim, sudah terpesona dengan gemerlapnya kehidupan Barat yang dikemas enak bagai kue tart. Tujuannya sangat jelas, yaitu untuk meracuni pemikiran dan perasaan remaja Islam. Barat menyerang remaja mus