Sepercik Cerita di Matra One

Batu, rumah singgah Pascasarjana menjadi tempat saya dan teman-teman peserta Masa Training Anggota (Matra One) sebagai pintu gerbang supaya bisa masuk kedalam organisasi yang saya pikir sangat luar biasa, awal dari perjuangan dan pengorbanan. Pengorbanan waktu, materi, batin walaupun itu sangat sederhana, tapi bukan kosmosnya yang terpenting, tapi keikhlasan yang memang berasal dari hati.
            Saya tergabung kedalam kelompok satu, yang terdiri dari mas Rico dari Banten, mas Septedi dari Jakarta, mas Hilman dari Bali, mas Zulkarnaen dari Ternate dan saya sendiri Agis dari Pangandaran. Alhamdulillah bisa mengenal empat orang ini yang sangat luar biasa. Biasalah awalnya kami tidak kenal satu sama lain, tapi saya cukup familiar dengan mas Rico dan mas Zulkarnaen karena kami bertiga berada pada jurusan yang sama walaupun tidak satu kelas. TM, iya technical meeting menjadi titik tumpu perkenalan kami lebih jauh lagi dan akhirnya kami menjadi kenal, lebih kenal dan sangat kenal. Kami diberikan persyaratan individu dan juga kelompok ketika TM, dan kelompok kami menyiapakan itu semua dengan baik walaupun sedikit terengah diawal cerita.
Yang membingungkan adalah ketika pada waktu yang sama saya harus mengikuti seleksi Paduan Suara Mahasiswa GGB kampus ini. Dan ketika menyusuri setapak jalan yang biasa saya lalui dengan rintikan air hujan yang jatuh dan terlihat juga mahasiswa dan mahasiswi yang tergesa-gesa diburu hujan, air yang tak biasa datang mengakhiri keringnya kota di awal bulan November ini. Terlihat, pintu gerbang SC dan saya perlahan masuk meyakinkan diri untuk seleksi di waktu yang bukan pada mestinya. Tes vokal, interview dan mengirim surat pernyataan tambahan  terlewatkan begitu saja. Dengan langkah tergesa-gesa menjauh dari SC berlari dengan rintikan hujan yang belum juga reda dan akhirnya terpaksa sedikit basah kuyup meneruskan langkah ke Mastar karena sebentar lagi saya akan berangkat ke rumah persinggahan untuk Matra One. Sepertinya bunga kuning kampus itu tak rela saya pergi, dan mereka pun berjatuhan diterpa rintika hujan.  Ada rasa kecewa , kenapa Malang hujan besar ketika saya harus pergi? Saya berpikir dalam hati ini hujan yang saya tunggu sekian lama. Kedamaian yang terencana harus terkubur dulu di hujannya Malang yang pertama kali.
Entah kenapa hujan besar sore itu , saya menunggu waktu yang cukup lama agar air yang singgah reda. Mungkin air terlalu rindu dengan tanah, dan daun yang dulu kering dan kaku kini merasakan asamnya hujan. Akhirnya reda juga walaupun terlihat di selokan volume air bertambah dan agak keruh, tak terpikirkan tas yang saya taruh di pojok mesjid  akhirnya kebasahan.
Gerobak besi beroda itu sudah mulai terdengar suaranya. Dengan bau khasnya yang sudah biasa. Kami pun berangkat ketika hujan sudah mulai reda, bahkan air sedikit malu-malu untuk turun lagi . Saat itu saya berfikir, semoga ini berkah dan akan menjadi cerita yang indah dan terkemas dengan sendirinya.
Tiba di Pascasarjana, sudah tidak asing lagi dengan semuanya. Yang paling mengagumkan malahan melihat keadaan pasca yang sangat kondusif dengan jalan Malang-Batu disampingnya dan pohon hujan khas Malang berdiri kokoh disana . Terlihat, seperti nyaman , hening dan tak bersuara. Terlihat, juga Bapak-bapak dan Ibu-ibu Pascasarjana menyegerakan langkahnya ke Mesjid karena hujan saat itu akan turun disini. Kemudian kami siap-siap memakai baju untuk bergegas menuju salah satu gedung yang digunakan untuk opening Matra One. Gedung itu terlihat bersih dengan balutan warna atapnya yang sudah tidak asing lagi kita lihat, apalagi kalau bukan warna hijau yang menjadi identitas kampus kebanggaan kita, kampus Ulul Albab.
Kemudian Opening dan tak berselang lama hanya menuggu adzan asyar lewat dan kemudian solat sebentar dilanjutkan dengan materi pertama tentang Syahadatain. Pesan yang bisa diambil dari materi peratama ini adalah syahadatain adalah sebagai titik tolak perubahan, saya bersyukur bisa lahir dalam keadaan Islam dan menjadikan islam sebagai pedoman kehidupan saya sendiri. Yang paling beruntung adalah orang yang pernah mengucap dua kalimat syahadat ini dijamin akan masuk Syurganya Allah.
Selanjutnya adalah Materi yang kedua tentang Sumuliyatul Islam artinya bahwa Islam adalah agama yang universal/menyeluruh/Syamil yang mengandung tiga unsur pokok yaitu sempurna berdasarkan Masa ( Menyeluruh dari jaman ke jaman), Sistem (meliputi sendi-sendi kehidupan), Tempat (berlaku di seluruh pelosok dunia).
Untuk materi yang ketiga tentang Islam, Pemuda dan Perubahan oleh Marenda Darwis ini sangat berkesan mengupas materi tentang Islam Pemuda dan Perubahan yang intinya menjadi pemuda harus bisa mengatur emosi, dan sebagai pemuda harus menjadi agen perubahan karena semakin modern jaman maka agama dan syariat islam dianggap semakin penting.
Lanjut kemateri keempat yaitu tentang problematika umat kontemporer oleh cah Yosi, pembahasan materi ini telah membuka mata secara lebih lebar bagaimana banyak sekali problem yang benar-benar terjadi di dunia ini . Saya hanya befikir setidaknya , dengan mengikuti LDK ini saya lebih bisa menjaga diri dan mengontrol apa yang harus diperbuat kedepannya.
Ini nih tentang konsep diri, materi ini mengupas bahwa apa yang kita persepsikan adalah berasal dari kita sendiri. Kita akan berhasil apabila kita mampu membaca keadaan. Konsep diri yang baik adalah yang menurut kita baik dan mimpi adalah pintu awal untuk menyadarkan kita sendiri.
Materi terakhir tentang LDK, dengan selogannya “Cendekia Rabbani” sangat luar biasa, yang ada dalam pikiran,saya beruntung bisa masuk kedalam organisasi ini dan bisa mengenal orang-orang yang luar biasa seperti ini.
Terakhir yakni perjalanan, kami menyusuri jalan yang tidak begitu panjang dan tempat terakhir perjalanan itu adalah sungai Brantas, sungai yang sangat vital bagi masyarakat Jawa Timur , betapa tidak ? Kita tahu bahwa Brantas panjangnya sangat panjang entah darimana awalnya tapi saya tahu ujungnya di muara laut selatan dan utara karena berantas itu bercabang. Sekilas teringat jalan pulang ketika pulang menggunakan kereta dan lokomotif berjalan diatas jembatan dengan bawahnya yaitu sungai Berantas yang sangat besar di Kediri sana. Saya kaget , kenapa Brantas sekarang menjadi keruh dan bersampah ? Mungkin itu karena tuntutan jaman.
Ketika matahari sudah mulai terik akhirnya kami kembali kerumah singgah  pascasarjana, mandi dan packing juga. Penutupan berlangsung dengan cepat, dan kami akhirnya kembali ke Kampus dengan hujan yang mulai datang lagi karena Matra-one sudah benar-benar selesai. Terimakasih pohon hujan yang rindang yang memberikan makna luar biasa, bunga kertas yang dientenkan dengan macam-macam warnanya. Terimakasih ibu dirumah , terimakasih LDK Masjid at-tarbiyah yang telah memberikan banyak ilmu dan faedah. Hopefully, saya bisa bertemu dengan Matra-two dan bahkan Matra-three selanjutnya.   Dengan senang hati , akhirnya bisa merasakan kasur Mabna yang sangat empuk ini , dan juga bisa merasakan nikmatnya tertidur lelap dalam kelelahan yang tak ada habisnya .
By Agis

Comments

Popular posts from this blog

APA SIH, LDK? KENAPA HARUS LDK?

Surat Keputusan Pengurus LDK At-Tarbiyah 2018

[DAILY TAUJIH] Ketika Cinta Berbuah Surga