Didikan Orang Indonesia


      Dalam tulisan ini, saya ingin bercerita tentang pengalaman teman saya yang seorang dosen di salah satu PTS di kota Malang. Beliau pernah berkunjung ke Amerika, Jepang dan Israel. Di sana, teman saya mengamati tingkah laku dan karakter orang luar negeri.
       Misalnya; ada anak kecil yang berusia kurang dari dua tahun terjatuh. Kita bisa melihat respon ibunya yang berbeda. Jika orang Jepang melihat anaknya jatuh, si anak tadi langsung disuruh oleh ibunya bangun secepatnya, “Cepat bangun! Anak Jepang tidak boleh cengeng.” Sejak kecil, anak-anak orang Jepang sudah dilatih memiliki jiwa Samurai. Tidak heran jika negara Jepang menjadi negara yang maju dan pemberani.
      Bagaimana dengan orang Israel, jika mengetahui anaknya terjatuh? Didikan orang Israel ini lebih keras lagi. Kalau orang Jepang menyuruh anaknya segera bangun, orang Israel justru menyuruh anaknya untuk mengulangi jatuhnya lagi tanpa belas kasihan. Bukannya menolong justru menyuruh anaknya untuk jatuh lagi. Jika si kecil enggan, ibunya langsung mendorong supaya anaknya terjatuh.
      Itulah karakter orang Israel. Keras dalam mendidik anaknya. Sejak kecil, anak-anak Israel dilatih memiliki jiwa yang tangguh serta tahan banting tanpa mengindahkan rasa iba.
      Berbeda dengan bangsa Jepang atau Yahudi, bangsa Amerika-pun cenderung antisipatif. Kalau ada anak Amerika yang jatuh ke lantai, ibunya akan mengangkat si anak. Kemudian si Ibu itu dengan segera mengobati dengan obat anti luka. Bahkan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, si anak dibawa ke rumah sakit untuk dimintakan foto rontgen.
      Itulah karakter bangsa Amerika yang menunjukkan bahwa mereka bangsa yang responsif. Tindakan yang mereka lakukan pun tergolong cepat tanpa perlu bertele-tele. Segala sesuatunya harus diukur dengan rasional. Karakter inilah yang membawa mereka menjadi penguasa di muka bumi.
Lantas, bagaimana dengan bangsa kita? Kalau ada anak kecil yang jatuh, ibu kita akan mengangkat anak kecil tadi sembari berkata, “Cup cup cup…. Kodoknya lari. Memang lantainya nakal, bikin adik jatuh. Sini lantainya mama injak biar kapok.”
      Kasihan anak-anak kita yang sejak kecil selalu diberi sesuatu yang manis-manis saja. Tak heran jika bangsa kita menjadi bangsa yang manja. Mereka tidak mau disalahkan meski sebenarnya mereka memang salah. Wah, ini yang repot.


By. Moch. Lathief  Pimred Koran Media Ummat, MUI Kota Malang

Comments

Popular posts from this blog

APA SIH, LDK? KENAPA HARUS LDK?

Surat Keputusan Pengurus LDK At-Tarbiyah 2018

[DAILY TAUJIH] Ketika Cinta Berbuah Surga