Cinta dan Terima Kasih


     Buku bersampul biru lux itu cukup menarik perhatian saya ketika saya menjadi penjaga toko buku “Republika” di expo bazar buku terbesar di Unibraw Malang, beberapa bulan yang lalu. Tidak sengaja awalnya. Hari Sabtu adalah hari libur kuliah dan mengajar. Dan hari itu, saya diminta oleh seorang sahabat saya untuk menemaninya untuk menjaga toko buku disana.
Buku dengan cover warna biru yang menentramkan itu saya ambil. Lalu saya buka. Saya baca sekilas. Lembar demi lembar saya buka. Perhatian saya lebih tertuju pada gambar-gambar yang dicetak dengan cetakan kualitas tinggi sehingga membuat mata saya tidak bosan untuk mengamati satu demi satu gambar-gambar tersebut. Mata saya tertegun. Hati saya terdiam. Dua gambar yang ada di hadapan sayalah yang menjadi penyebabnya. Gambar itu begitu indah. Menawan. Konfigurasi gambar kristal putih yang tercetak pada lembaran halaman buku tersebut menyajikan suatu bentuk yang eksotis. Mau tahukah teman, gambar apa itu? Kedua gambar itu adalah gambar kristal air yang dari ucapan CINTA dan TERIMA KASIH. Yah, buku yang ada di hadapan saya adalah buku The True Power of Water, terbitan sebuah penerbit di kota Bandung. Buku itu bercerita tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Masaru Emoto, seorang peneliti dari negara Jepang, tentang bagaimana bentukan suatu kristal air hasil perlakuan manusia. Dari seluruh gambar yang ada, saya bisa menyimpulkan, gambar kristal air yang ditempel dengan ucapan CINTA dan TERIMA KASIH pada wadahnya adalah gambar paling bagus diantara kata-kata yang lain. Sungguh, saya terpana.
Cinta dan terima kasih. Dua kata yang sangat sederhana. Namun, kesederhanaannyalah yang membuat kita sering me-
lupakannya. Sering kita mengabaikannya. Sering meremehkannya. Padahal kedua kata itu mampu membangkitkan rasa “penghargaan” terhadap orang lain.
Karena cinta, kita merasa disayangi. Karena cinta, kita merasa hidup. Karena cinta, kita merasa bernyawa. Karena cinta, kita merasa dihargai. Karena cinta, kita merasa dibutuhkan. Karena cinta, kita tidak memerlukan pamrih. Yah, cinta itu adalah refleksi ketulusan. Begitupun juga dengan terima kasihAda rasa penghargaan dalam ucapan terima kasih. Ada rasa penghormatan dalam ucapan terima kasih. Ada rasa kesetaraan dalam ucapan terima kasih. Ada rasa saling membutuhkan dalam ucapan terima kasih. Ada rasa kerendah-hatian dalam ucapan terima kasih. Tidak ada keegoisan dalam ucapan terima kasih. Tidak ada kesombongan dalam ucapan terima kasih. Tidak ada yang merasa lebih dalam ucapan terima kasih. Tidak ada yang merasa kurang dalam ucapan terima kasih. Yah, kata terima kasih adalah refleksi bahwa kita saling membutuhkan.
Sudahkah hari ini kita mengucapkan kata-kata cinta kepada orang-orang yang terdekat kita? Kepada kedua orang tua kita, kepada adik kita, kepada kakak kita, kepada nenek kita, kepada kakek kita, kepada suami kita, kepada isteri kita, kepada sahabat kita, kepada teman-teman kita.
Banyak cara untuk mengungkapan cinta dan terima kasih. Perhatian, hadiah, senyuman adalah bentuk-bnetuk lain dari ungkapan cinta.
Sudahkah hari ini kita mengucapakan terima kasih pada orang-orang di sekitar kita? Terutama kepada orang-orang yang kita cintai (kedua orang tua kita, suami, isteri, kakak, adik, anak-anak, teman-teman kita), sudahkan kata: terima kasih terucap dari lisan kita?
Terutama dan paling utama, sudahkah rasa cinta dan terima kasih, kita lantunkan dari bibir ini untuk Sang Pemilik Jiwa kita?
“Ya Allah, kami mohon cinta-Mu. Dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu. Serta semua amalan yang mendekatkanku pada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah rasa cinta kepada-Mu lebih aku cintai daripada cinta-cinta yang lain.” (Doa Rasul saw)
Amin…

Terima kasih, Allah…
Untuk karunia-Mu yang tiada pernah putus.
Terima kasih, Ya Rasul…
Dengan Islamlah kami bisa cintakan Allah
Terima kasih, Ayah & Ibu…
Engkau telah mengasuh kami.
Terima kasih, Guru-guruku…
Engkau telah mendidik kami.


By. Ahmad Al-Kayyis (Khodimul Masjid At-Tarbiyah)


Comments

Popular posts from this blog

APA SIH, LDK? KENAPA HARUS LDK?

Surat Keputusan Pengurus LDK At-Tarbiyah 2018

[DAILY TAUJIH] Ketika Cinta Berbuah Surga