Kisah Hati Bunda

Anakku, tahukah Kau Nak, aku begitu bahagia mendengar berita kelulusanmu satu bulan yang lalu, aku melihatmu cerah lagi setelah belakangan ini kau di rundung cemas karena ujian akhir sekolahmu. Tak hanya kau Nak, aku pun merasakan hal yang sama sepertimu, bahkan lebih... Saat kau tunjukkan hasil ujianmu, kau begitu riang, kau tunjukkan nilai-nilai yang sangat memuaskan. Lalu Kau bertanya padaku, “Apakah Bunda senang?” Aku hanya tersenyum. Menatapmu lekat.

Nak, tahukah kau, berapapun hasil ujianmu, aku bangga padamu, karena aku tahu, kau sudah berjuang untuk mendapatkan itu. Kini, ku antarkan kau di depan sebuah bangunan idamanmu. Katamu bangunan besar-besar itu bisa membuatmu lebih pandai lagi. Kau bisa menjadi orang sukses bila menuntut ilmu di bangunan itu. Benarkah begituNak?

Anakku, sungguh aku tak ingin melepasmu. Bagiku kau adalah mutiara. Aku takut kerlapmu akan sirna bila kau jauh dariku. Tapi aku bisa apa? Aku tak bisa menahan keinginanmu untuk tetap pergi.Aku pun tak bisa memberimu alas an lagi agar kau tetap tinggal dirumahku, tempat dimana aku membesarkanmu dengan peluhku.

Aku tahu kau terlalu gagah bila harus terus berlindung pada diriku yang kian menua. Kau pun terlalu berani untuk menutupi ketakutanku atas keselamatanmu. Tapi anakku, inilah naluriku sebagai bundamu. Bagiku kau tetap jagoan kecilku, yang pernah berlarian mengejar layang-layang dan merengek minta dibelikan mobil-mobilan. Inilah orang tuamu yang akan selalu mengkhawatirkanmu meskikau merasa tak ada yang perlu dikhawatirkan atas mu

Bismillah….anakku. Selalu awali harimu disini dengan kata itu. Meski tanpa diriku, maka Allah bersamamu. Aku tak pernah merasakan bagaimana nikmatnya menjadi mahasiswa, aku juga tak pernah merasakan bagaimana menjadi manusia berpendidikan, aku hanya pernah merasakan menjadi bundamu, mendidikmu.

Belajarlah Nak, tugasmu hanya itu. Tuntutlah ilmu setinggi apapun yang kaumau. Aku ikhlas…. Karena kau akan mendapat duniamu dengan ilmu, akhiratmu dengan ilmu dan keduanya pun dengan ilmu. Hanya ilmu yang bisa menyelamatkanmu.

 Jangan pernah kau risaukan diriku dan ayahmu. Kami yang akan membiayaimu. Selagi kami mampu, dan kami memang harus memampukan diri untuk melihatmu berilmu. Nak, hindarkan dirimu dari hal yang bisa melemahkan azzammu, jangan biarkan virus malas menghampiri harimu. Karena aku dan ayahmu disini, tak pernah malas mendoakanmu dan tak pernah lelah hidup untuk memperjuangkanmu dan melihatmu menjadi yang terbaik

Bila nanti kau telah mengenal banyak orang di kota ini dan tugas kuliah serta organisasimu menyibukkanmu, sempatkanlah barang sejenak saja untuk pulang kerumahmu. Karena kami selalu menunggumu, merindumu dengan harap dan doa yang tak berujung

Pergilah Nak, Bunda mendoakanmu….. 

Oleh : Rizza Mar'atus Sholikhah ( Sek. Infokom LDK At-Tarbiyah UIN Maliki Malang)

Comments

Popular posts from this blog

APA SIH, LDK? KENAPA HARUS LDK?

Surat Keputusan Pengurus LDK At-Tarbiyah 2018

[DAILY TAUJIH] Ketika Cinta Berbuah Surga