Ormas Islam Indonesia : Bilakah Tiba Saatnya Bersatu?


Berbicara mengenai kiprah islam di Indonesia, tentu tidaklah dapat disamakan dengan negeri-negeri muslim lainnya. Indonesia dengan keragaman suku, ras dan budayanya memiliki karakteristik dan cara yang berbeda dalam menegakkan islam di buminya. Di sisi lain, keragaman ini menyebabkan sulitnya mengumpulkan seluruh tokoh-tokoh Islam dengan pemahaman yang sama, sehingga dapat dikatakan bahwa sampai saat ini belum ada kepemimpinan Islam yang dapat diterima oleh semua golongan lapisan masyarakat Indonesia secara menyeluruh.

Akibatnya, dapat kita saksikan sendiri betapa beragamnya gerakan Islam yang muncul di Indonesia dengan beragam manhaj dan metode perjuangannnya masing-masing. Mulai dari yang berskala lokal, nasional sampai internasional, baik yang bercorak tradisional maupun modern, semua ada di indonesia.

Terdapat beberapa organisasi Islam di Indonesia, diantaranya yang bersifat nasional antara lain Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Al-Irsyad yang pada awalnya bernama Jami’at Khair, Hidayatullah, Nahdhatul Ulama (NU). Muhammadiyah, Persis, Hidayatullah dan Al-Irsyad lebih dikenal masyarakat sebagai gerakan Islam Modernis sendagkan NU seringkali dikategorikan sebagai Islam traditional, salah satunya karena sistem pendidikan pesantrennya. Ciri yang menonjol dari keempat ormas ini adalah metode perjuangan mereka yang bergerak melalui bidang pendidikan, dan sosial kemasyarakatan, yang mana dalam hal ini Muhammadiyah menempati posisi teratas dengan ribuan sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan tinggi serta ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia.

Selain kelima organisasi diatas, juga kita kenal ormas islam yang berskala nasional lainnya seperti Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan lain-lain. Sementara itu, diantara ormas-ormas Islam yang berskala internasional kita mengenal adanya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan lain-lain.

Melihat kondisi ormas-ormas Islam saat ini, agaknya telah telah terjadi kemunduran dan disintegrasi. Terbukti bahwa sampai hari ini belum kita dapati adanya satu wadah yang mempersatukan kekuatan dari ormas-ormas tersebut. Padahal dahulu kita dapati mereka pernah bersatu padu di bawah naungan Syarekat Islam dan Masyumi sehingga menjadi kekuatan politik yang sangat berpengaruh di panggung perpolitikan nasional.

Namun pasca bubarnya Masyumi di awal masa orde baru hingga masa reformasi sekarang ini, belum kita lihat adanya aksi nyata dari ormas-ormas Islam yang ada saat ini bersatu, saling bahu membahu dalam memperjuangkan Islam di bumi pertiwi ini. Bahkan yang lebih memprihatinkan, jika dulu kita lihat 'perang dingin' antar ormas ini hanya terjadi di tataran grassroot saja, maka kini kita dapat hal itu telah sampai dalam tataran elit ormas-ormas tersebut. Tentu masih segar dalam benak kita, bagaima seorang pimpinan salah satu ormas islam--yang katanya--terbesar di indonesia, dengan tanpa merasa berdosa sedikitpun menuduh beberapa ormas islam lainnya dengan tuduhan yang sesat dan menyesatkan. Belum lama ini juga kita saksikan di media-media, bagaimana ormas-ormas anti islam, jaringan islam liberal, serta kaum gay dan lesbi bersatu padu untuk membubarkan salah satu ormas islam yang gencar melakukukan amar ma'ruf nahi munkar. Namun apa yang dilakukan oleh ormas-ormas islam lainnya? Hanya berdiam diri. Nah, pertanyaannya sekarang : mengapa 'kita' begitu sulit bersatu?

Menurut saya, setidaknya ada dua sebab utama mengapa ormas-ormas islam sulit sekali untuk bersatu. Pertama, belum adanya kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan ummat antar ormas-ormas yang ada. kalaupun ada, itu baru sebatas wacana saja, belum ada langkah-langkah kongkrit untuk mewujudkannya. Kedua, belum adanya momentum yang dapat menyatukan visi misi serta gerak langkah antar ormas islam yang ada. Kalau kita lihat kondisi di mesir hari ini, akan kita temukan bagaimana ormas/jamaah islam yang ada--seperti ikhwanul muslimun dan salafiyah--bersatu padu dalam upaya reformasi mesir pasca tergulingnya rezim husni mubarak. Begitu pula kondisi ormas-ormas islam pada awal-awal kemerdekaan indonesia dulu, semuanya bersatu dalam satu barisan, dan menjadi kekuatan besar yang mampu mewarnai pemerintahan, pasca peralihan kekuasaan dari masa penjajahan. Hingga akhirnya konflik kepentingan menyebabkan perpecahan antar mereka.

Namun meskipun begitu, harapan itu masih ada. Kita berharap, setidaknya kedepan akan terbentuk sebuah forum atau wadah apapun yang dapat memfasilitasi terjalinnya komunikasi antar seluruh ormas islam yang ada di indonesia. karena dengan komunikasi, akan terbangun sikap tafahum, saling memahami antar ormas yang ada. Kemudian dari sikap tafahum tadi, akan melahirkan rasa persatuan dan kesatuan diantara mereka, sehingga dapat meningkat menjadi sikap ta'awun, saling menolong, bahu membahu dalam dakwah dan perjuangan islam. Semoga di masa mendatang semua ormas-ormas ini dapat bersatu sehingga dapat merealisasikan misinya mewujudkan negara Indonesia yang islami.Wallahu a’lam

Oleh : Eko Priadi (Co. PSDM LDK At-Tarbiyah UIN Maliki Malang)

Comments

Popular posts from this blog

APA SIH, LDK? KENAPA HARUS LDK?

Surat Keputusan Pengurus LDK At-Tarbiyah 2018

[DAILY TAUJIH] Ketika Cinta Berbuah Surga