Kemampuan Artikulasi, Membantu Meningkatkan Kualitas Diri

Articulate Capability adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide atau pemikiran dengan jelas melalui kata-kata. Dalam hidup sehari-hari di depan orang lain, dalam bisnis, di depan kelas atau ruang kuliah, kemampuan berbicara dan didengarkan merupakan seni yang perlu dikuasai siapa saja bila kita ingin meningkatkan kualitas diri.
Dalam era informasi seperti sekarang ini, seseorang tidak cukup hanya dengan penampilan yang meyakinkan, penuh percaya diri tanpa didukung kecakapan dan kecerdasan berkomunikasi, effisien dan fasih dalam menyatakan pendapat dan dapat membawa audiens kearah konsep pemikiran yang kita kehendaki.
      Tidak mudah untuk sampai kesana, kita harus belajar dan berlatih bagaimana memanfaatkan pikiran dan kecerdasan secara effektif sebelum berbicara mengutarakan gagasan. Perlu dikuasai bagaimana membuat persiapan dengan cepat, memanfaatkan waktu bicara dengan lebih produktif, dan memastikan bahwa hadirin atau pendengar tidak hanya mendengar dan memahami pesan, tapi terdorong untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Jangan berharap ide pemikiran akan utuh seratus persen sebagai keputusan kelompok interaktif , yang terpenting adalah lahirnya komitmen untuk bekerja sama dalam melaksanakan keputusan kelompok bersama. Jauhkan keinginan lama untuk menjadi otoriter, dekatkan kehendak  pada proses selling idea atau sharing idea, agar tercapai mekanisme pendelegasian wewenang dengan keikhlasan dan rasa tanggung jawab individu ataupun kelompok.
                    Meskipun saat ini peranan komputer dan handphone selular menjadi demikian besar, kemampuan berbicara langsung dengan tatap muka tetap merupakan pilihan utama untuk mengetengahkan dan mempromosikan ide-ide. Sebagian orang tetap berpendapat bahwa kemampuan artikulasi dengan suara yang berwibawa  akan lebih mendekatkan pencapaian keberhasilan dalam bentuk kesepakatan-kesepakatan, seminar - diskusi dan ceramah-ceramah serta dakwah. Bagaimanapun juga kehadiran komputer, hp dan media informasi tidak dapat dihindari terutama dalam mengolah informasi dan mempercepat proses pelaksanaan tugas pengelolaan semua bentuk kerjasama sosial, pendidikan, olah raga, kesehatan dan sebagainya.
Pada setiap kesempatan utarakan pemikiran dengan penuh kepercayan, jangan ragu-ragu dalam berbicara, jelas tapi tidak selalu harus dengan suara keras. Pakar komunikasi menyatakan: “Express yourself with confidence”.
 

         


            Kemampuan Artikulasi

         
                                                       


                                                                                              Kualitas Diri

                                                         Learning Culture

        Appropriate Planning and Information          Kontak Sosial

 


             

Menata Hati dan Pikiran disertai Kultuur yang Mendukung.
               Untuk memperoleh kemampuan Artikulasi, pertama-tama adalah memperbaiki sikap atau attitude, menghilangkan ekspresi hati dan pikiran yang dapat menghambat atau bahkan mengunci perkembangan pribadi. Para ulama, ustadz, kiai dan guru ngaji banyak yang tidak sempat memperoleh pelajaran ilmu komunikasi, mereka berbicara memberi tausiyah atau khutbah dengan berbekal keikhlasan dan kesederhanaan hingga apa yang disampaiakan mudah dimengerti, menenangkan dan menyejukkan hati.
               Kebiasaan mengeluh dengan ekspresi lontaran kata-kata malas, bosan, pusing dan sejenisnya tidak akan memberi kebaikan apa-apa, yang jelas motivasi untuk berkomunikasi, berikhtiar serta semangat berusaha akan surut kebelakang. Apabila ekspresi semacam itu terjadi berulang-ulang akan berakibat lebih fatal lagi, sudah berputus asa sebelum memulai sesuatu, kehilangan niat awal tanpa sebab yang jelas.
                Menata hati dan menjernihkan pikiran berarti menghilangkan suasana kondusif yang lebih memungkinkan berkembangnya kemalasan, kelalaian dan kebodohan serta berbanga-bangga, bermegah-megah atas hasil tanpa melewati kerja keras pada prosedur hak yang semestinya, hal ini akan menjurus pada terbentuknya kultuur kepribadian berkualitas rendah.

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
 sampai kamu masuk ke dalam kubur,
 Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui,
 (sekali lagi) janganlah begitu kelak kamu akan mengetahui.
 Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
 niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahanam,
 dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin,
 kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu   megah-megahkan di dunia)”.
 (Surat At Takaatsur ayat 1 – 9).

                      Tanpa apresiasi pada persiapan metode perencanaan, perangkat serta informasi, tanpa pengakuan akan arti pentingnya dan kesabaran menelusuri proses sebagai mana mestinya, akan memupuk sikap segera jadi – asal jadi. Kebiasaan begini akan melemahkan kemampuan pencapaian peningkatan kualitas diri, budaya-belajar (learning culture) dan kontak sosial yang lebih produktif. Perpaduan harmonis dengan artikulasi memerlukan kejelasan parameter dan kriteria prestasi yang disepakati, transparansi norma dan kesungguhan realisasi agar tidak semakin cenderung pada sekadar permainan (game) yang sewaktu-waktu dapat diakhiri sesuka hati.
                       Kehidupan yang lebih berkualitas jelas memerlukan paradigma baru yang berorientasi kedepan, berpikir positip, memiliki semangat optimisme dengan format yang aplikatif. Dorongan belajar melalui knowledge-management  serta penghargaan pada kerja dan tanggung jawab perlu dinyatakan dengan acuan yang lebih jelas dan terukur.
Setiap individu atau kelompok dapat mulai menyusun visi-misi, program kegiatan serta implementasi strategi yang realistis serta masuk akal.
                      Melalui penataan hati dan pikiran segala niat dapat diletakkan diatas platform yang lebih stabil dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian substansi artikulasi akan mendapat tempat untuk berkembang karena dukungan planning yang memadai dan informasi yang tidak terkontaminasi kultuur yang tidak memiliki kejelasan sosok dan arah, apa yang patut dihargai dan apa yang tercela serta bagaimana pola berpikir dan bertindak diarahkan pada hal-hal yang lebih bermutu dan lebih produktif.
                    Mereka yang  karena tugas atau pekerjaannya biasa berbicara dihadapan umum secara impromtu atau bersifat spontanitas tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan ide-idenya. Pada waktu berdiskusi dengan orang lain, sasaran komunikasi tidak berbeda dengan pelaksanaan pekerjaan itu sendiri yakni effisiensi yang terukur, perencanaan strategis yang lebih effektif dan terjadinya nilai tambah (added value). Keberhasilan kerja tidak mempersyaratkan setiap orang untuk menguasai semua kompetensi tapi lebih merupakan perpaduan antara kompetensi tertentu dengan kemampuan artikulasi kompetensi tersebut.
                   Untuk menyampaikan risalah kehadapan Fir’aun laknatullah beserta pengikutnya, Nabi Musa as. berdo’a memohon kepada Allah swt. kelapangan dada dan kelancaran berbicara, kemampuan berkomunikasi dan artikulasi:
“Rabbisyrahlii shadrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatan millissanii yafqahuu qawlii, waj’allii waziiran min ahlii”.
“Ya Tuhanku, lapangkanlah dadku, dan mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekauan lidahku. Dan jadikanlah bagiku seorang pembantu dari keluargaku sendiri”.
(Surat Thaha ayat 25 - 29)

Humor Artikulasi dari Timur Tengah.
                   Pada jaman dahulu, bila seseorang ingin mengutarakan maksudnya di depan orang banyak, dia harus naik ketempat yang lebih tinggi agar suaranya dapat didengar dari jarak yang agak jauh. Suatu hari ada seseorang yang naik ketempat tersebut, sementara orang-orang mulai berdatangan untuk mendengarkan apa yang akan diucapkannya. Setelah kerumunan orang dianggapnya cukup banyak, dia mulai berbicara:
“Tahukah kalian apa yang akan aku katakan?”
Orang-orang menjawab:”Tidak. Kami tidak tahu”.
Setelah diam sebentar, dia berkata: “Kalian belum apa-apa sudah  menjawab tidak tahu. Saya tidak senang berbicara dengan orang yang bodoh dan malas berpikir”, sambil meninggalkan orang-orang yang mengerumuninya.
Selang beberapa hari, orang tersebut sudah berada di tempat tersebut, dan berkata:
“Tahukah kalian apa yang aku katakan?”
Mengingat pengalaman yang lalu, orang-orangpun menjawab: “Ya, kami sudah tahu”.
“Jika kalian sudah tahu apa yang akan kukatakan, tidak ada lagi yang perlu aku jelaskan”, dia berkata sambil meninggalkan kerumunan orang-orang.
Kerumunan orang-orang tadi mulai berunding, dan akhirnya diputuskan untuk tetap hadir bila orang tersebut datang lagi. Salah seorang berkata:”Tidak mengapa, hitung-hitung untuk hiburan”.
Suatu hari dia sudah muncul di ‘mimbarnya’, satu persatu orang berdatangan, sesaat kemudian dia berkata: “Tahukah kalian apa yang akan aku katakan?”
Sesuai kesepakatan, sebagian menjawab:”Ya, kami sudah tahu”, dan sebagian yang lain menjawab:”Tidak. Kami tidak tahu”. Suasana hening sejenak, orang-orang ingin mengetahui apa reaksi atas jawaban yang berbeda tersebut.
Dari atas mimbarnya dia berkata:”Kalau demikian halnya, orang-orang pandai yang tadi mengatakan dirinya sudah tahu hendaknya mengajari temannya orang-orang bodoh diantara kalian yang tadi mengatakan tidak tahu”. Orang tersebut kemudian turun, terus pergi pulang ke rumahnya.
                     Sesampai di depan rumah dia merasa kesal melihat anak-anak ribut, berkejar-kejaran di halaman rumahnya. Idenya cepat muncul di otaknya, diapun berkata:”Hai anak-anak dengarkan, jangan ribut! Apakah kalian tidak tahu, di rumah  ujung-jalan sedang diadakan pesta, permen, kueh dan uang logam disebar-sebarkan ke jalan!” Tanpa berpikir panjang, anak-anak berlarian, berhamburan menuju kesana berharap dapat bagian. Orang tersebut merasa lega, suasana menjadi tenang, anak-anak sudah pergi. Tapi tiba-tiba dia beranjak dari tempat duduknya, bergegas hendak pergi, dan isterinya bertanya:”Hai hendak kemana kau?”
Dia menjawab: “Saya mau ke rumah  ujung jalan! Jangan-jangan apa yang kukatakan pada anak-anak tadi benar!”

Mencapai Keberhasilan melalui ‘Public Speaking’.
                   Memulai sesuatu memerlukan persiapan yang memadai, dan tahu dari mana harus mulai dan yang terpenting adalah penguasaan substansi sesuai kompetensi. Mengutarakan sesuatu di depan orang banyak dalam bentuk presentasi atau ceramah menghendaki tersedianya informasi yang cukup dari materi yang akan disajikan. Barang tentu latihan ataupun ketrampilan sudah dikuasai sebelumnya dilengkapi peralatan yang siap pakai seperti komputer, slides, overhead projector atau infocus dan wall-screen serta jaringan ke pusat data di Perusahaan bila sewaktu-waktu diperlukan tambahan informasi atau detail penjelasan.
                  Selanjutnya perlu diperhatikan audiens yang akan menghadiri pertemuan tersebut, jumlahnya, posisi mereka dalam Perusahaan atau institusi lainnya serta latar belakng pendidikannya. Mengenal mereka berarti perkiraan yang lebih mendekati atas tanggapan atau respons yang bakal muncul dalam diskusi, sehingga lebih mudah untuk diajak pada arah yang dikehendaki. Bila dipandang perlu, permasalahan yang lebih teknis-operasional dapat disajikan pada kesempatan tersendiri dengan audiens yang memiliki kompetensi yang lebih spesifik dimana dimungkinkan terjadinya ‘deal’ atau program peragaan selanjutnya.
                 Informasi alokasi waktu yang disediakan seharusnya diterima beberapa hari sebelumnya, ini penting sekali untuk disesuaikan dengan panjang atau luasnya materi yang akan dipresentasikan. Penguasaan waktu termasuk kesempatan floor untuk berinteraktif perlu diperhitungkan agar tidak terjadi kehilangan moment penyampaian ‘core substansi’ yang dikehendaki serta beralihnya pembahasan pada permasalahan yang tidak begitu relevan.
                 Kemampuan mengendalikan materi diskusi penting bagi presentator agar tidak terjadi deviasi pembahasan hingga menjurus pada kesulitan menemukan perumusan sesuai tema yang sudah dipersiapkan. Godaan untuk memunculkan ide yang tiba-tiba terlintas, sebaiknya memperhatikan tema pokok yang sudah dipersiapkan, meskipun bertujuan memperkaya dimensi materi yang diketengahkan agar pembicaraan tetap berorientasi pada ‘core-subject’ sesuai dengan misi-presentasi.
Penampilan slides atau graphics infocus sangat berperan dalam visualisasi diskripsi serta memori informasi. Penguasaan slides dapat dibantu dengan kode yang sudah dipersiapkan sebelumnya, untuk memudahkan ‘searching’ atau pencarian sesuai pertanyaan yang diajukan.
                        Untuk menghidupkan penerimaan pesan bagi audiens beberapa presentator mempersiapkan ‘jokes’ ataupun kasus-kasus kecil yang mampu memberikan kesegaran suasana dan variasi perhatian sesuai kebutuhan yang proporsional. Selingan yang disajikan secara berlebihan, apalagi sulit dimengerti maksudnya dapat berakibat degradasi atau penurunan mutu penyajian bahkan bisa mengganggu keseluruhan presentasi dan keutuhan materi.
                    Dalam dunia bisnis keberhasilan presentasi atau lobi pembicaraan, dapat dilihat dari aktivitas follow upnya, seperti presentasi visi-misi perusahaan atau institusi, MOU (Memorandum of  Understanding), due dilligence, negosiasi, tender, kontrak dan realisasi order atau transaksi jual-beli.

Khutbah Terakhir Nabi Muhammad saw.
                 Dari berbagai jenis penyajian materi, maka yang paling kompleks dan menuntut kesungguhan lebih besar adalah penyampaian materi yang bernuansa keagamaan seperti ceramah dan khutbah. Disamping persyaratan ‘public speaking’ pada umumnya, ceramah agama menuntut penguasaan dalil atau ayat-ayat yang terkandung dalam kitab suci Al Qur’an, Al Hadith dan Ijma. Sudah tentu penguasaan bahasa Arab atau bahasa Al Qur’an mutlak diperlukan untuk mendukung keberhasilan penyampaian materi ceramah, disamping mengenal dengan baik ilmu Psikologi (Sosial), dan ilmu Komunikasi, Ilmu Sejarah khususnya sejarah perkembangan Islam.               
Yang tidak mudah tapi sangat mulia, dimana hal ini tidak dipersyaratkan pada presentasi umum adalah komitmen serta konsistensi dari apa yang disampaikan oleh penceramah atau khotib, apa yang dia sampaikan harus sudah diamalkan terlebih dulu sehingga menjadi contoh keteladanan, karena Allah swt. membenci orang yang menganjurkan sesuatu tapi dirinya sendiri tidak berbuat demikian.
                  Nabi Muhammad saw. menyampaikan khutbah terakhirnya dihadapan ribuan kaum Muslimin pada tanggal 9 Dzulhijah tahun 10 Hijriah di lembah Uranah dekat kawasan Arafah. Dari atas unta bernama Al Qushwa, beliau berkhutbah dengan suara keras, yang disambung oleh suara yang lebih keras lagi oleh Rabi’ah bin Umayyah bin Khalaf agar yang berada dibelakang dapat ikut mendengar.
Setelah memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. beliau membaca ‘Basmallah’ dan menyampaikan khutbahnya:
          ”Ya, Saudara - saudaraku, perhatikan apa yang akan aku sampaikan, aku tidak tahu apakah tahun depan aku masih berada di antara kalian. Karenanya dengarkan baik-baik apa yang kukatakan ini dan sampaikan kepada mereka yang tidak dapat hadir saat ini.
Ya, Saudara - saudaraku, seperti kita ketahui, bulan ini, hari ini, dan kota ini adalah suci, karenanya pandanglah kehidupan dan milik setiap orang Muslim sebagai kepercayaan yang suci. Kembalikan barang-barang yang dipercayakan kepadamu kepada pemilik yang sebenarnya. Jangan kau lukai orang lain sebagaimana orang lain tidak melukaimu. Ingatlah bahwa kamu akan bertemu dengan Allah swt. dan Dia akan memperhitungkan amalanmu dengan sebenar-benarnya. Allah swt. telah melarangmu memungut riba, karenanya mulai saat ini dan untuk seterusnya kewajiban membayar riba dihapuskan. Waspadalah terhadap syaitan, demi keselamatan Agamamu. Dia telah kehilangan semua harapannya untuk membawa kalian pada kesesatan yang nyata, tapi waspadalah agar tidak terjebak pada tipuan halusnya.
Ya, Saudara - saudaraku, adalah benar kamu mempunyai hak tertentu terhadap isteri-isterimu, tapi mereka juga mempunyai hak atas dirimu. Apabila mereka mematuhi hakmu maka mereka memperoleh haknya untuk mendapat makanan dan pakaian secara layak. Perlakukanlah isteri-isterimu dengan baik dan bersikaplah manis terhadap mereka, karena mereka adalah pendampingmu dan penolongmu yang setia. Dan adalah hakmu untuk melarang mereka berteman dengan orang-orang yang tidak kamu sukai, dan juga terlarang melakukan perzinahan.
Ya, Saudara - saudaraku, dengarkanlah baik-baik, sembahlah Allah, Sholat lima kali dalam sehari, laksanakan Puasa selama bulan Ramadhan, dan tunaikanlah Zakat, laksanakan ibadah Haji bila mampu. Ketahuilah bahwa sesama Muslim adalah bersaudara. Kamu semua adalah sederajat. Tidak ada perbedaan satu terhadap yang lain kecuali Ketaqwaan dan Amal - Sholeh. Ingatlah, suatu hari kamu akan menghadap Allah dan harus mempertanggung jawabkan semua amalanmu. Karena itu berhati-hatilah jangan menyimpang dari jalan kebenaran setelah kepergianku nanti. .......
Ya, Saudara - saudaraku, tidak akan ada Nabi atau Rasul sesudahku dan tidak akan ada Agama lain yang lahir. Karenanya simaklah baik-baik ya Saudaraku, dan pahamilah kata-kata yang kusampaikan kepadamu, bahwa aku meninggalkan dua pusaka, Al-Qur'an dan contoh-contohku sebagai As-Sunnah dan bila kalian mengikutinya tidak mungkin akan tersesat. Siapa yang mendengarkan perkataanku ini wajib menyampaikannya kepada yang lain dan seterusnya dan mungkin yang terakhir memahami kata-kataku ini bisa lebih baik dari yang langsung mendengarkan. Demi Allah aku bersaksi, bahwa aku telah menyampaikan ajaranMu kepada umatMu”.
                       Setelah itu beliau turun dari untanya dan berada di tempat tersebut hingga shalat dhuhur dan asar. Selanjutnya dengan berkendaraan untanya beliau melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat bernama Sakharat. Di tempat inilah beliau menerima firman Allah swt. yang disampaikan kepada ummatnya:
“Hari ini telah Kusempurnakan agama kalian bagi kalian (semua) dan Kulengkapkan sudah ni’mat karuniaKu bagi kalian dan Aku ridho Islam menjadi agama kalian”.
(Surat Al An’am ayat 3).
Mendengar beliau mengucapkan firman Allah tersebut, Abu Bakar AshShiddiq ra. tidak sanggup menahan tangisnya. Beliau menyadari bahwasanya  tugas penyampaian Risalah KeNabian Muhammad saw. telah selesai dilaksanakan dan dirasakan adanya firasat bahwa tidak lama lagi Muhammad Rasulullah saw. akan kembali untuk menghadap ke hadirat Allah swt.
                      Pada suatu waktu Nabi Muhammad saw. bersabda: “Ada seorang hamba Allah, oleh Tuhannya dia disuruh memilih (manakah yang lebih disukainya), dunia dan akhirat atau semua yang ada pada Allah. Ternyata ia memilih semua yang ada pada Allah”. Semua yang hadir terdiam, kecuali Abu Bakar AshShiddiq  yang memahami bahwa yang dimaksud ‘hamba Allah’ adalah beliau, Nabi Muhammad saw. sendiri, sekali lagi Abu Bakar yang berhati lembut tidak dapat menahan air matanya dan menangis terisak-isak. Rasulullah saw. memberi isyarat pada Abu Bakar agar menghentikn tangisnya , seraya berkata:”Hai Abu Bakar, tabahlah!”  Dengan suara lembut beliau berkata: “Ia (Abu Bakar) orang yang amat bermurah hati dalam bersahabat denganku. Kalau ada di kalangan hamba Allah yang hendak kuambil sebagai ‘khalil’ (mitra tersayang) maka Abu Bakarlah khalilku. Persahabatan dan persaudaraan yang paling utama ialah persahabatan dan persaudaraan dalam Iman hingga saat Allah mempertemukan kita”.
                    Sebelum beliau meninggalkan masjid pulang ke rumahnya, beliau menoleh pada para sahabat dan berkata: “Hai kaum Muhajirin, kuwasiatkan kepada kalian supaya menjaga baik-baik persaudaraan dengan kaum Anshar, karena mereka itu telah membela dan memberi perlindungan kepadaku. Mereka telah melaksanakan apa yang menjadi kewajiban mereka dan mereka akan tetap demikian itu. Hendaklah kalian selalu menghargai kebaikan budi mereka dan melupakan kekurangan-kekurangan mereka”.
                  Sebagai khasanah contoh artikulasi Islami, berikut ini kita perhatikan kemampuan Muhammad Iqbal (22 Februari 1893) dalam mengekspresikan perbedaan kekuasaan Allah swt. dengan kemampuan yang dimiliki manusia sebagai rahmatNya (dalam bahasa Old English).
   
“Thou didst creat night and I made the lamp
  Thou didst creat the clay and I made the cup
  Thou didst creat the deserts, mauntainns and forest
I produce the orchards, gardens and the groves;
It is who turneth stone into a mirror
And it is I who turneth poison into an atodote” 

“Engkau yang menciptakan malam , sedang aku yang membuat lampu
Engkau yang menciptakan tanah liat dan aku yang membuat mangkuk
Engkau yang menciptakan gurun pasir, gunung-gunung dan hutan, sedang aku yang menanami kebun buah-buahan, taman dan belukar; aku yang merubah batu menjadi cermin. Dan aku yang merubah racun menjadi obat-obatan”.

“Dialah yang menjadikan malam untukmu sebagai selubung dan tidur sebagai waktu istirahat, dan dijadikanNya siang sebagai waktu bangkit untuk usaha.
Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) kabar gembira di hadapan rahmatNya (hujan), dan Kami turunkan dari langit air yang bersih”.
(Surat Al Furqaan ayat 47 – 48).
“Tanyakanlah! Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi?
atau Siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan? Dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan berkata: Allah. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa?”.  (Surat Yunus ayat 31).

Comments

Popular posts from this blog

APA SIH, LDK? KENAPA HARUS LDK?

Surat Keputusan Pengurus LDK At-Tarbiyah 2018

[DAILY TAUJIH] Ketika Cinta Berbuah Surga