Adab dan Universitas
Belalang menjadi burung elang. Kutu menjadi kura-kura, dan Ulat berubah menjadi naga. Itulah syair pujangga Abdullah Abdul Qadir al-Munsyi, ditulis pertengahan abad 19. Sekilas ia seperti sedang bicara evolusi Darwin, atau cerita bim salabim ala Herry Potter. Tapi sejatinya ia sedang bicara tentang perubahan yang aneh. Perubahan tentang bangsanya yang kehilangan adab. Metafora ini mudah diterima oleh bangsa Melayu, tapi tidak bagi orang Jawa. Orang Jawa lebih mudah paham dengan dagelan “ Petruk jadi ratu ” . Ya dagelan, sebab ada perubahan status secara tidak alami atau tidak syar ’ i. Bukan gambaran diskriminatif, bukan pula rasial, tapi loncatan status yang abnormal. Munsyi tentu paham belalang mustahil jadi burung elang, kutu jadi kura-kura. Ia juga paham mengapa Tuhan mengizinkan kepompong bisa jadi kupu-kupu yang cantik. Tapi, yang ia gelisahkan mengapa ini bisa terjadi di dunia manusia. Semua orang berhak mencapai sukses, tap...