Semangat Instrospeksi dan Inovasi Diri
Masalah Waktu
Tak terasa
waktu semakin berlalu, mengantarkan umat manusia dari tahun lalu ke tahun yang
baru, mengantarkan kebiasaan sehari-hari hingga menjadi terus bertambah
frekuensi karena dilakukan berulang kali dan mengantarkan satu batu loncatan
awalan ke pertengahan atau mungkin adapula yang sudah mencapai tujuan. Seperti
itulah kehidupan manusia, ada yang kegiatan rutinitas dan adapula kegiatan
terprogram.
Mengenai
waktu ini Allah SWT mengabadikannya dalam Al-Qur’an dalam sebuah surat yang
namanya Al-‘Ashr yang artinya adalah masa atau waktu. Pesan-pesan dalam surat
Al-‘Ashr ini sangat bermanfaat bagi umat manusia. Karena Allah sebenarnya
mengingatkan umat manusia agar ingat dengan waktu yang notabenenya tidak pernah
berhenti dan terus berlalu. Kemudian, Allah juga sangat sayang dengan umat
manusia. Seiring waktu berjalan manusia makin menua dan mendekati waktu
kematiannya. Allah Maha Tahu akan hal itu, maka dari itu secara tersirat
manusia diingatkan melalui surat Al-‘Ashr ini bahwa umat manusia harus
melakukan tindakan sebelum kematian menjemputnya.
Masing-masing
orang memiliki ketahanan dan kekuatan yang berbeda dalam menghadapi sebuah
masalah. Ada yang tahan, sabra dan kuat menghadapi permasalahan bahkan
menyelasaikan permasalahan dengan cepat. Ada pula yang bisa menyelesaikan
masalah dengan baik tapi waktu yang dibutuhkan lama. Kemudian, ada yang tanggap
dalam berproses, tetapi karena tidak sabar dalam proses tersebut sehingga
akhirnya putus asa di tengah jalan. Dan adapula yang bermalas-malasan, suka
menunda proses yang harus dilalui sehingga masalahnya tidak berbuah solusi.
Dari
asumsi tersebut, kita bisa menarik pokok persoalan. Pertama, mampu
menyelasaikan masalah hingga akhir. Kedua, tahan dan sabar dalam berproses dalam
rangka menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah yang selalu diselesaikan
dengan baik itu dapat mengantar diri kepada pribadi yang lebih baik. Jadi, kita
dapat mengatakan bahwasanya inovasi itu muncul dari deretan beberapa permasalahan
yang sudah kita selesaikan. Dengan beberapa terobosan yang sudah kita buat kita
akan melakukan terobosan baru, begitu seterusnya.
Lalu
bagaimana dengan orang yang tidak berhasil menyelesaikan masalah. Apakah dia
cukup hanya menyerah saja? Tentu saja tidak. Allah Swt. berfirman dalam surat
Yusuf ayat 87
يٰبَنِيَّ
اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ
رَّوْحِ اللّٰهِ ۗ اِنَّهٗ لَا
يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
Artinya: "Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita)
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang
kafir.”
Momentum tahun baru Islam yang sudah lewat hampir dua bulan ini menjadi perhatian bagi umat manusia, khususnya para pemuda Islam. Jika darah muda itu adalah darah kita, darah yang memiliki semangat api tinggi, mengapa kita tidak sapa diri kita sendiri? Menginstrospeksi diri dan sejenak merenung dengan apa yang sudah kita perbuat selama ini.
Introspeksi diri dulu!
Apa kabarmu kawan? Sudah berkurang
usiamu hampir dua bulan dari awal tahun umat Islam. Mengantarmu kepada dekatnya
denting kematian. Tidak mengapa bahasa ini sedikit mengerikan, karena memang sudah
seharusnya hal ini kita pikirkan dan menanggulanginya dengan rencana dan
pengamalan-pengamalan ikhlas. Terlebih dahulu kita bahas iman.
Kenapa dengan iman? Iman merupakan inti sari risalah
Nabi Adam as
hingga Nabi Muhammad
Saw. Spirit
keimanannya ialah ketauhidan yang membedakan ialah syariat dan tata cara
dalam pelaksanaannya.
Iman ialah
mengakkan kalimat Laa
Illaha Illallah. Iman
penting dan ini menjadi titik tolak dalam tindakan semua
muslim. Intinya iman itu pokok segala motivasi perbuatan. Jika
kalian mengharap imbalan setelah melakukan sesuatu, nah itulah analogi dari
produk keimanan atau motivasi kita dalam melakukan sesuatu.
Sedangkan, amal sholih harus di lihat dari keimanannya. Jika ia memiliki keimanan atau
motivasi beramal hanya untuk Allah maka peluang kejumudan bisa diredam dan
bahkan sangat tipis sekali. Tapi ternyata ini tidak mudah, kawan!
Kebiasaan yang saat ini
sering sekali kita lakukan dan kita tidak menyadari bahwasannya perbuatan
tersebut akan merusak kadar keimanan kita. Kita sering curhat atau mengharap selain Allah
Swt itu efeknya luar
biasa dan menimbulkan stress. Semakin
kita mengharap kepada selain Allah Swt semakin kita kecewa dan sakit hati.
Cukup lah Allah yang
kita harapkan, biarkan manusia membenci kita tapi Allah selalu ada untuk kita.
Mau seluruh bumi menjauhi kita tapi Allah
Swt selalu ada untuk kita.
Jadi, intinya hanya Allah ya. Dari Allah, karena Allah dan hanya untuk Allah.
Siap?
Kembali
pada relasi waktu dan introspeksi. Ditahun baru hijriah ini apakah keimanan
kita sudah berbuah?
Boro-boro berbuah,
akarnya saja belum kuat. Inilah yang seharusnya menjadi
muhasabah bagi diri kita.
Bagiamana keimanan
kita akan berdampak pada orang lain. Orang yang beriman dan berislam dengan baik maka akan bermanfaat
dan bernilai positif untuk masyarakat.
Diawal kita banyak membahas
tentang iman, mengapa? Karena itu sangat penting guys. Jadi, mau kalian ahli
ibadah tua’at banget, ahli ibadah tapi masih ngerasa biasa dengan maksiat,
ibadah bolong-bolong alasannya semuanya itu berproses, dan masih banyak lagi
jenisnya. Intinya semua hal yang kita lakukan harus diinstrospeksi. Untuk apa
kita lakukan semua itu? Selama tidak mendatangkan murka Allah dan tetap
ngelakuin kewajiban dan semuanya ikhlas semata karena Allah nah hal beginilah
yang kita cari. Maka taatlah dan sabarlah! Jelasnya pantingin ayat ini:
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ اٰثِمًا اَوْ كَفُوْرًاۚ
"Maka bersabarlah
untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau ikuti orang yang
berdosa dan orang yang kafir di antara mereka." (QS. Al-Insan[76]:24)
Kapan kita bisa berinovasi?
Kita naik level dari tadi
yang merenung kemudian bangkit terlahir kembali. Tapi tolong dan sangat tolong.
Sebagai manusia normal jangan sampai terjebak dengan lobang yang sama, cukup
sekali saja! Cukupkan! Jika mendatangkan dosa dan murka Allah, maka tinggalkan!
Kalian tau Umar bin Khattab? Siapa beliau sebelum menjadi
seorang Khalifah dan orang yang dikatakan Nabi Muhammad Saw. Jika ada Nabi
setelah Beliau, maka Umar bin Khattab lah orangnya. Terlalu banyak lobang
(dosa) yang beliau (Umar bin Khattab) lalui sebelum masuk Islam. Tapi Allah itu
Maha Luas, dan tidak ada umat yang banyak toleransi ampunannya di sisi Allah,
kecuali umat-Nya Rasulullah Saw. Sehingga Umar bin Khattab pun sadar dan
bertobat, kemudian masuk Islam dan boom!. Perubahan beliau adalah
perubahan pula pada umat Islam menjadi umat yang paling disegani dunia di saat
beliau memimpin umat Islam.
Intinya kita bisa berinovasi (membuat hal baru semakin
mengarah pada jalan Allah) seelah kita melakukan introspeksi (mengoreksi diri
sendiri) terlebih dahulu.
Hikmahnya dari ini semua, Apa Kak?
Jika kita sadar sebagai manusia yang
notabene-nya sebagai sebaik-baik makhluk, sadar bahwa Allah menyayangi kita
dengan memberikan tuntunan hidup berupa Al-Qur’an, Hadits lengkap dengan
khazanah ilmu dari ulama’, mengerti akibat dari waktu dan usia terus berlalu
dan juga dengan segala perbuatan direnungi selalu. Tak lupa jika telah sadar
dengan perbuatan lalu harus diperbaiki maka langsung segera melakukan inovasi.
Maka hati kita akan terasa senang, seakan tersemai dan selesai. Kalau sudah
diri kita sendiri merasa puas, maka orang-orang disekeliling kita akan merasa
nyaman dan kita dapat pula memberikan rasa kenyamanan pada mereka. Terlebih,
Allah akan semakin cinta kepada kita. Tapi jangan lupa dengan perputaran roda
kehidupan. Ketika ditimpa kesulitan kita harus sabar, ketika diberi nikmat kita
tidak boleh kikir dan sombong. Cob abaca Q.S. Al-Ma’arij:19-21, jangan begitu
ya! Tawadhu’lah!
©By: Departemen Kajian Keilmuan LDK Attarbiyah
2021-2022
Comments
Post a Comment