Ayah, Aku Jatuh Cinta!
Waktu telah
berjalan begitu lama semenjak kepergian kedua orang tuaku, hingga kini aku
telah dewasa dan menjadi seorang mahasiswa. Aku diterima di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Tak hanya itu, aku juga terpilih menjadi
salah satu mahasiswa yang mendapat Beasiswa . Semoga ayah dan ibu bangga
denganku.Esok aku akan berangkat, pergi jauh meninggalkan tanah
kelahiranku,pulau yang subur dan indah akan pesona alamnya,pulau yang terkenal
dengan seribu masjidnya,pulau yang terkenal dengan tutur sapa dan sopan
masyarakatnya,dan akan meninggalkan semua kenangan yang dulu pernah kita
lakukan. Dulu, saat aku kecil, saat memori otakku masih belum dapat merekam
dengan sempuna guratan senyummu. Sebentar lagi aku tak akan bisa mengunjungimu disetiap
akhir pekan. Tapi aku akan selalu punya
banyak cara untuk memelukmu..
Setelah merasa
cukup berbincang dan membersihkan pusara ayah dan ibu , aku pergi menemui
sahabat-sahabatku untuk berpamitan. Tangisan haru pecah di antara kami. Entah bagaimana
aku harus mengungkapkan rasa kesedihanku ini. Rasanya baru kemarin kami
melangkah bersama untuk menggapai masa depan kami, tapi kini aku benar-benar
harus melangkah sendirian tanpa mereka. Suatu
kebanggaan dapat mengenal dan hidup bersama mereka. Semoga pondasi persahabatan
kami tetap kokoh dan kesuksesan akan terwujud atas kerja keras yang kami
lakukan.
Akhirnya aku harus
pergi jauh meninggalkan pulau kecil yang indah ini dan menyebrang menuju pulau
yang padat akan penduduk, pulau Jawa. Semoga kedatanganku tak menambah
keresahan penduduk di pulau ini. Melihat bangunan kampus yang kokoh untuk
pertama kalinya mengingatkanku pada masa-masa dimana aku harus memasuki
Madrasah untuk pertama. Aku seperti mengulang kembali kejadian itu. Sama
seperti saat itu, tak ada pelukan hangat perpisahan, tak ada wejangan-wejangan sebelum aku masuk
ma’had, tak ada pula rombongan yang mengantarkanku menuju kampus ini seperti
teman-temanku yang lain.
Tak apa!!!!,(gumamku
dalam hati)sambil mengelus dada dan mengkrutkan kulit keningku.....
Masa orientasi
pun dimulai. Orientasi yang sangat menguras tenaga. Mulai dari Ta’aruf Ma’hady,
OPAK, OSFAK, hingga OSJUR, masih ada Makrab dan lain sebagainya. Pada masa-masa
orientasi tersebut kami para mahasantri baru dikumpulkan di gedung Sport
Centre, tempat dimana para mahasantri diperkenalkan macam-macam hal yang perlu
diketahui tentang kampus dan ma’had. Disini aku mulai menemukan teman-teman
baru, teman-teman baru dengan berbagai asal dan berbagai karakter. Semoga aku
tidak salah dalam memilih teman. Sejauh ini hanya satu kendala yang kumiliki,
yaitu perihal bahasa. Bahasa Lombok dan bahasa Jawa sangat jauh bertolak
belakang. Tapi bagiku bahasa bukan merupakan suatu kendala yang besar, dengan seiring
berjalannya waktu aku bisa mempelajarinya. Untuk saat ini aku masih bisa
mengandalkan bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Kepergian kedua
orang tuaku sejak kecil mengajarkanku
bagaimana menjadi lelaki yang mandiri, kuat, tangguh dalam menghadapi kehidupan
yang begitu keras. Jika engkau sekarang masih disini, mungkin aku masih menjadi
lelaki yang suka bersembunyi dibalik punggumu. Walaupun aku tak pernah
berbicara denganmu, tapi aku tahu, bahwa melalui nama terbaik yang telah kau
berikan kepadaku, kau telah berpesan bahwa aku harus menjadi manusia yang
sungguh-sungguh berjuang di jalan Allah. Aku berjanji!!!, aku akan melaksanakan
amanah terbesar itu. Aku akan menjadi
orang hebat sepertimu.
Kegiatan
ma’had, perkuliahan reguler, sekaligus kuliah PPBA sudah mulai aktif. Sejalan
dengan itu, organisasi-organisasi di kampus pun mulai berlomba-lomba untuk
mencari anggota baru. Segala cara mereka lakukan untuk menarik perhatian kami.
Setelah PPBA jam kedua usai, aku memutuskan untuk berjalan-jalan menikmati suasana kampus baruku di sore hari.
Ini terjadi
begitu saja, di tempat pertama kali aku melihatnya. Dengan samar mataku
menatapnya, aku menemukan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang membuatku takjub
melihatnya. Tepat diantara gedung A dan gedung B, tempat dimana para mahasiswa
dikenalkan dengan berbagai macam organisasi yang ada di kampus ini.
Bendera-bendera kebangsaan organisasi berkibar selebar-lebarnya di sepanjang
gedung ini, namun tak ada satupun yang kuhiraukan, mataku seakan hanya tertuju
pada bendera itu, dia begitu berbeda, warna hijau dan putih yang begitu
bersinar diantara yang lain seakan sedang menunjukkan kehadiran Rasulullah disana.
Mataku kembali
tertuju kepada sekelompok pemuda-pemudi yang duduk melingkar tak jauh dari
bendera hijau itu. Pemuda-pemudi dengan pakaian yang sungguh rapi, para wanita
yang mengenakan jilbab dan khimar yang menjuntai lebar nan indah, bahkan
beberapa diantara mereka mengenakan cadar, menutupi semua keindahan yang ada
pada dirinya, berharap ridho Allah akan mereka dapatkan. Aku tak tahu apa yang
sedang mereka bicarakan, terlihat serius tetapi tetap santai, sesekali mereka
pun tertawa. Dalam perkumpulan itu mereka sungguh dapat menjaga diri mereka
masing-masing dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Aku takjub memandang mereka
dari kejauhan. Tiba–tiba seorang lelaki dalam kelompok itu menoleh ke arahku.
Dengan senyum lebar mengembang dia melambaikan tangan dan menyuruhku untuk
menghampirinya. Sepertinya dia sudah merasa bahwa sedari tadi aku memperhatikan
mereka.
Aku membalas
senyuman itu, lalu kupasrahkan kakiku tuk melangkah menghampiri mereka.
Langkahku semakin dekat, semakin jelas logo dan nama organisai yang tertulis
dalam bendera itu. Kini aku sudah bisa membacanya, aku tertegun melihat bendera
yang sekarang berada di hadapanku ini. Lamunanku terpecah ketika seorang lelaki
yang tadi memanggilku berdiri dan menjulurkan tangannya padaku, kemudian dengan
mantapnya kujulurkan pula tanganku
padanya, kami bersalaman. Ia bertubuh tinggi, senyumnya yang manis dengan kulit
sawo matang, ia juga mengenakan jaket berlambangkan organisasi tersebut. Aku
sudah bisa melihat aura kepemimpinan yang ada pada raut mukanya, iya benar saja
dia adalah ketua umum organisasi ini.
Kami
bercakap-cakap cukup lama, aku menanyakan banyak hal tentang seluk-beluk
organisasi ini. Ditengah percakapan ringan kami tiba-tiba suara sholawat pada
Masjid Ulul Albab telah terdengar, menandakan bahwa waktu magrib akan segera
tiba, aku harus segera bergegas kembali ke Ma’had untuk mempersiapkan diri
melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Namun sebelum aku pergi, lelaki itu
memberiku sebuah kertas, aku hanya menerima dan pergi tanpa membacanya. Aku
harus mempercepat langkahku karena mabnaku terletak paling jauh di ujung sana.
Aku tak mau tertinggal sholat berajamaah.
Lelah sekali
seharian harus bergelut dengan jadwal kegiatan yang begitu padatnya, dan ini
harus terjadi sebanyak lima kali dalam seminggu. Aku menghempaskan tubuhku dan berbaring
melepas lelah menatap kosong langit-langit kamarku. Bayangan ayah dan Ibu
dangan senyumnya muncul samar-samar dalam benakku. Kemudian seperti ada yang
berteriak di telingaku Hey hanya seperti
itu saja kau lelah ? Lelahmu ini tak
seberapa dibandingkan dengan lelah ayah karena telah memperjuangkanmu !!
Aku tersentak
dan terbangun, tanganku tak sengaja menyenggol kertas hingga terjatuh, namun
sebelum kertas itu terjatuh aku telah berhasil meraihnya. Kertas itu bertuliskan “Matra 1 LDK
At-Tarbiyah”. Kertas yang diberikan oleh lelaki yang kutemui tadi sore.
Ternyata kertas itu berisi pendaftran recruitment anggota baru. Ayah,
sepertinya hatiku telah jatuh pada LDK. Apakah pilihanku sudah tepat ayah ?
apakah engkau akan bangga pada anak lelakimu ini?
Nafas panjang
kuhembuskan, dengan membaca Basmalah kumeraih handphoneku dan memencet nomor
sesuai dengan nomor yang telah tertera dalam kertas itu, kupencet tombol hijau,
tak lama disana terdengar suara lelaki mengucapkan salam, lalu aku tenggelam
dalam perbincangan panjang, dan diakhir percakapan aku mengatakan padanya
dengan mantap bahwa aku mau menjadi anggota baru di LDK At-Tarbiyah.
Tiba saatnya
hari Matra. Aku telah mempersiapkan semua penugasan yang telah diperintahkan, langkap
beserta semua perlengkapan yang telah dianjurkan. Aku tak tahu mengapa aku
begitu antusias, aku memakai pakaian terbaik yang kumiliki, tak lupa menyetrika
almamater kebangganku agar telihat rapih, kubersihkan pula sepatuku dari noda
debu. Kenapa aku seperti akan bertemu dengan seorang gadis yang kusuka???(gumamku
sambil tersenyum simpuh)
Aku bergegas
menuju ke masjid Ulil Albab, tempat berkumpulnya peserta matra. Sebelum
berangkat kami mendapat briefing terlebih dahulu untuk kejelasan kegiatan apa saja
yang akan kami lakukan. Kami juga
dikenalkan dengan ketua beserta panitia-panitia kegiatan matra. Ternyata
kendaraan yang akan kami gunakan untuk
menuju ke lokasi datang sedikit terlambat, sehingga kami harus menunggu selama
kurang lebih satu jam.
Akhirnya
kendaraan yang kami tunggu telah tiba, kami berangkat dengan dua kendaraan
umum, terpisah antara akhwat dan ikhwan. Matra kami berada di sebuah masjid
yang berlokasi di Singosari. Tempat yang nyaman, sejuk, damai, sepi namun aman.
Perjalanan ditempuh kurang lebih dua jam. Waktu sudah menunjukkan hampir magrib
saat kami sampai di lokasi. Kemudian kami beregas meletakkan barang dan
menyiapka diri untuk bersiap-siap sholat magrib berjamaah. Kegiatan ibadah
berlangsung hingga waktu isya. Setelah sholat isya kami berkumpul untuk makan
malam bersama sekaligus berta’aruf antar anggota serta tuan rumah. Sampai pada
pukul sepuluh malam kami dipersilahkan
untuk istirahat.
Waktu telah
menunjukkan pukul dua dini hari. Kami dibangunkan untuk melaksanakan Qiyamul
Lail, sholat tahajud berjamaah, mengaji, berdzikir, bersholawat, semua ibadah
kami lakukan sampai waktu subuh tiba. Betapa damainya suasana ini, suasana yang
selalu kunantikan.
Pukul enam pagi
kami melaksanakan olahraga pagi untuk menyegarkan tubuh kami. setelah cukup berkeringat,
kami sarapan pagi bersama, namun sarapan
kali ini sungguh unik, orang Jawa menyebutnya kepungan. Satu nampan nasi dan lauk dimakan secara beramai-ramai
oleh beberapa orang. Hal itu selalu dilakukan selama kegiatan matra. Aku suka,
makan terasa lebih nikmat, kami pun semakin akrab, tak jarang kami lontarkan
sedikit guyonan disela-sela makan.
Aku mulai tak merasa sendiri.
Kegiatan inti
pun dimulai, kami diberikan banyak sekali materi mengenai LDK dan keislaman.
Kurang lebih ada lima materi yang disampaikan oleh para pemateri. Para Narasumber yang didatangkan pun merupakan
mu’alim yang keren dan profesional. Ada
sedikit aturan unik disini, selama kegiatan penyampaian materi berlangsung,
kami dituntut untuk selalu mendengarkan dan tidak boleh mengantuk. Bila kami
mengantuk bahkan tertidur, kami harus siap mendapatkan sanksi berwudhu dan
melakukan push up. Tak masalah bagiku. Yang paling penting aku harus duduk pada
deretan paling depan, aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengan
orang-orang hebat ini.
Tiba
dipenghujung acara. Inilah acara yang paling kunanti. Pemba’iatan anggota LDK.
Dimana kami harus mengucapkan janji untuk berkomitmen setia pada organisasi,
mau bertanggung jawab dalam melaksanakan hak dan kewajibanku. Kuucapkan sumpah
ini dengan lantang dan mantap., Janji untuk selalu berjuang, menegakkan,
menjaga seluruh perjuangan Rasulullah. Janji untuk selalu menapaki hidup
didunia yang tak terduga-duga ini dengan kuat, walaupun akan ada banyak hal
sulit yang harus kulalui, walaupun harus terjatuh ratusan kali. Aku kan terus
berjuang. Karena aku, JIHAD.
Muh. Qudsi JIHADi
PAI 2016
MasyaAllah.. Tulisan terbaik. Semoga tetep istiqomah di jalan jihad LDK
ReplyDeleteMasyaAllah.. Tulisan terbaik. Semoga tetep istiqomah di jalan jihad LDK
ReplyDelete