Tarbiyah : Solusi Problema Ummat
Pasca runtuhnya kekhilafahan Islam Turki
Usmani pada 3 Maret 1924 silam, ummat muslim mengalami kemunduran yang sangat
drastis dengan berbagai permasalahan kompleks yang melingkupinya. Baik sektor
penididikan, ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, militer, bahkan
kemerosotan akidah dan moral ummat belakangan ini kian memprihatinkan kita. Dan
kalau kita renungkan lebih jauh, seseungguhnya seluruh permasalahan itu
bermuara pada satu titik tumpu: jauhnya ummat dari Islam, dari Al-Qur’an dan
Sunnah.
Berbagai analisis dikemukakan dan bermacam
solusi ditawarkan untuk mengatasi permasalahan ummat hari ini. Berbagai macam
harakah, firqah dan hizb pun bermunculan sebagai jawaban atas beragam
permasalahan ummat tersebut. Masing-masing pihak mengklaim analisanya yang
paling benar dan solusi yang ditawarkannyalah yang paling tepat, sedangkan yang
lainnya salah dan tidak tepat. Akhirnya, masing-masing pihak pun terjebak dalam
perdebatan, saling cela, saling memojokkan. Mereka lebih memilih perpecahan
daripada bersatu, bahu membahu dalam perjuangan menegakkan kembali kejayaan
islam. Dan tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka telah menjadi bagian dari
segudang permasalahan yang menyebabkan kemunduran ummat karena perpecahan ini.
Agaknya, kini jelas tergambar sudah kondisi ummat yang Allah jelaskan dalam
ayat: kullu hizbin bima
ladaihim farihun (setiap kelompok berbangga dengan kelompoknya sendiri).
Dari pemaparan singkat di atas, menurut
pandangan saya, setindaknya ada dua masalah pokok yang menjadi sebab kemunduran
ummat hari ini, yaitu jauhnya ummat dari agama, dan perpecahan yang terjadi di
tubuh ummat. Jauhnya ummat dari agama membuat mereka ‘buta’, tidak mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah, mana yang bermanfaat dan mana yang mendatangkan mudharat.
Jauhnya ummat dari agama membuat pengelolaan
pendidikan kehilangan arah dan tujuannya : melahirkan generasi yang beriman,
cerdas dan berakhlak mulia. Justru sebaliknya, pendidikan saat ini malah
semakin menjauhkan generasi kita dari islam, karena nilai-nilai sekuler dan
hedon yang mempengaruhi sistem dan para pendidiknya yang jauh dari keteladanan
akhlak mulia.
Di sektor ekonomi, sebagian besar ummat
muslim hari ini masih terjebak dalam belenggu kemiskinan. Kezaliman sistem
ekonomi liberal nan ribawi membuat mereka yang kaya makin kaya dan si miskin
menjadi semakin miskin. Keadilan ekonomi dan kesejahteraan yang merata seolah
hanya mimpi. Ini tak lain karena jauhnya sistem perekonomian kita dari nilai-
nilai islam.
Begitu juga di bidang sosial, politik, dan budaya, jauhnya
dari nilai-nilai islam membuat para pemimpin kita hari lebih sibuk memperkaya
diri sendiri daripada bekerja keras untuk mensejahterakan rakyat. Para wakil
rakyat lebih memilih jalan-jalan ke luar negri, mengoleksi mobil mewah dan
membangun gedung-gedung megah daripada berpusing kepala memikirkan, menggodok
dan menyelesaikan segundang RUU terbengkalai yang katanya ‘untuk kesejahteraan
rakyat’
Sementera itu, perpecahan di tubuh ummat
membuat musuh-musuh islam lebih leluasa menjalankan konspirasinya untuk
menghancurkan Islam, serta menjadikan agenda besar perbaikan dan pembinaan
ummat menjadi terhambat bahkan tersendat-sendat. Padahal Allah dan Rasul-Nya
perintahkan kepada kita: “Bersatulah dan jangan berpecah belah!”
Untuk mengatasi itu semua, saya berpandangan
bahwa tarbiyah (pembinaan ummat) adalah jalan
keluarnya. Dengan tarbiyah, kita tanamkan nilai-nilai Islam yang benar kepada
ummat ini, sehingga mereka paham bahwa mereka adalah ‘ummat terbaik’ yang dilahirkan untuk manusia,
agar mereka bangun dari tidur panjangnya dan bergerak untuk merealisasikan
Islam sebagai rahmat bagi dunia. Dengan tarbiyah pula kita tanamkan bahwa “orang-orang mukmin itu
bersaudara” sehingga
tak pantas bagi kita untuk saling fitnah, saling cela, dan berpecah belah,
karena dengan ukhuwah dan persatuanlah ummat ini akan mampu meraih kembali
kemuliaannnya dan merealisasikan Islam sebagai ‘soko guru’ bagi dunia. Wallahu a’lam
Oleh
: Eko Priadi (Co. PSDM LDK At-Tarbiyah UIN Maliki Malang)
Comments
Post a Comment